Tingkat Suku Bunga Pinjaman Masih Tinggi

Tingkat suku bunga pinjaman masih tinggi. Meski ada dugaan adanya kartel, namun belum turun juga.

Salah satu persoalan yang masih meliputi industri perbankan Indonesia adalah soal tingkat bunga pinjaman. Oleh sebagian kalangan, tingkat bunga pinjaman perbankan nasional dirasakan terlalu tinggi, meski oleh industri perbankan hal itu diklaim sudah sewajarnya.

Data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) per akhir Februari 2013 dari sejumlah bank umum konvensional yang wajib mempublikasikan data tersebut menunjukkan tingkat bunga pinjaman yang sangat bervariasi. Untuk kredit korporasi, kisaran bunga pinjaman 5,85%-12,65%, sedangkan untuk kredit ritel antara 6,7%-17,25%.

Di sisi lain, pinjaman konsumtif untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) memiliki tingkat bunga 6,84%-12,50% sementara untuk non-KPR berkisar 8,18%-18,06%. Di sektor kredit mikro, tingkat bunga pinjaman bisa lebih tinggi lagi, hingga lebih dari 30%.

Sekilas memang terasa tinggi bunga pinjaman yang ditawarkan oleh perbankan tersebut, mengingat dalam beberapa tahun terakhir laju inflasi maupun tingkat bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) tidak terlalu tinggi, hanya di kisaran 5%-6%. Apalagi jika membandingkan antara suku bunga simpanan dan suku bunga kredit, terasa sangat jauh selisihnya.

Oleh karena itu wajar saja bila Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mencium indikasi adanya dugaan kartel suku bunga pinjaman, khususnya di segmen kredit mikro.

Pekan lalu, kecurigaan KPPU ditindaklanjuti dengan mengirim surat ke Bank Indonesia yang berisikan permintaan data penyaluran kredit mikro oleh industri perbankan nasional, khususnya bank-bank yang berada di kategori Bank Umum Kelompok Usaha atau BUKU 3(bank dengan modal inti Rp5 triliun-Rp30 triliun) serta BUKU 4 (yang memiliki modal di atas Rp30 triliun).

KPPU menyebutkan untuk sementara waktu akan berkonsentrasi di kedua kelompok bank tersebut karena bank-bank yang ada di kelompok itu memiliki pangsa pasar terbesar, dan karenanya diduga yang menentukan suku bunga pinjaman yang ada di pasar. Setidaknya saat ini ada 13 bank yang masuk BUKU 3 dan 4 bank yang masuk dalam BUKU 4.

Lembaga itu memperkirakan bila semua data-data telah diperoleh, maka persoalan dugaan kartel suku bunga bisa dituntaskan akhir tahun ini.

Kita tentunya berharap masalah ini mendapat penyelesaian yang jelas. Apakah tingkat bunga pinjaman yang dirasa tinggi selama ini benar-benar karena adanya praktik kartel? Itu yang kita tunggu jawabannya dari KPPU.

Para pelaku industri perbankan membantah keras bahwa mereka melakukan praktik kartel dalam penentuan tingkat bunga pinjaman. Bahkan Bank Indonesia bulan lalu telah menegaskan tidak ada praktik kartel suku bunga pinjaman. Bank Sentral menyebutkan semua bank berkompetisi memberikan penawaran bunga kredit terbaiknya kepada nasabah lewat kewajiban pengumuman tingkat bunga kredit.

Kita semua mengetahui tingginya bunga pinjaman perbankan Indonesia diakibatkan karena struktur biaya yang masih tinggi. Perbankan harus mengeluarkan dana besar untuk biaya overhead, membayar tingkat keuntungan yang dipatok pemegang saham serta biaya lain-lain seperti promosi dan ekspansi.

Beberapa tahun terakhir, perbankan Indonesia gencar melakukan ekspansi menambah kantor cabang dan membangun infrastruktur yang kesemuanya membutuhkan sumber daya manusia yang cukup banyak. Semua ini memerlukan ongkos yang cukup besar, yang pada akhirnya dibebankan pada konsumen dengan pengenaan tingkat bunga pinjaman yang tinggi.

Di sisi lain, tingginya bunga pinjaman juga karena besarnya biaya dana perbankan untuk membayar simpanan nasabah. Dana simpanan yang terkonsentrasi pada lembaga-lembaga tertentu yang meminta bunga khusus mengakibatkan daya tawar perbankan relatif lemah. Dalam praktik, nasabah kakap bisa mendapat bunga spesial yang lebih tinggi, dan pada akhirnya membuat biaya dana membumbung. Hilirnya jelas, biaya dana yang mahal ini harus dibayar dari bunga pinjaman yang juga tinggi.

Ada baiknya kalangan perbankan bisa menertibkan dahulu pemberian bunga simpanan yang terlalutinggi. Bila bunga simpanan dapat diturunkan, jelas biaya bunga pinjaman akan terdorong ke bawah.

Terkait dengan hal ini, Gubernur BI yang terpilih, Agus Martowardojo saat menjalani fit and proper test di DPR menyatakan bakal melakukan penertiban suku bunga simpanan agar suku bunga kredit cepat turun. Kita berharap janji itu bisa segera dipenuhi begitu sudah dilantik 23 Mei 2013.