Kartel dan Mafia Berseliweran - KOMPETISINEWS | INFO PERSAINGAN USAHA

.


Home » , , , » Kartel dan Mafia Berseliweran

Kartel dan Mafia Berseliweran

Written By Redaktur on Wednesday, May 22, 2013 | 2:59 AM


Diduga mafia dan kartel ada di sejumlah kementerin ataupun lembaga. 
Dugaan adanya kartel dan mafia yang berkeliaran di kementerian sepertinya bukanlah isapan jempol. Sidang kasus suap impor daging sapi yang melibatkan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan sejumlah koleganya mengerucut ke indikasi tersebut. 

Keterlibatan Elda Devianne sebagai penghubung, KPK akan mengembangkan kasus ini adanya kartel dan mafia lain di luar import daging sapi. Hal tersebut dikarenakan melihat rekam jejak Elda sebagai pengusaha yang bergerak di bidang agro industri, pembibitan dan benih yang selama ini bekerjasama dan selalu mendapat tender dari Kementerian Pertanian. Apalagi hubungan Elda Divianne sudah cukup lama terjalin dibandingkan dengan Elizabet Liman. Seperti yang dikatakan Ketua KPK, Abraham Samad, bahwa kartel dan mafia impor  yang banyak di Kementan dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia tentu merugikan petani dan peternak lokal. Padahal sebenarnya produksi lokal misalnya seperti beras sudah memenuhi dan tak perlu impor. Tapi karena ada kartel dan mafia kebijakan impor terus saja dilakukan.

Ada hal yang ganjil dan aneh dalam persidangan Tipikor kasus suap import daging sapi, yaitu keterlibatan saksi Elda. Menurut penuturan Maria Elizabeth Liman, pertemuan dirinya dengan Luthfi Hasan Ishaaq dan Mentan Suswono adalah inisiatif Elda. Anehnya, Elda yang dikenal sebagai pengusaha benih, apa hubungannya dengan import daging sapi? Bidang usaha yang tidak Elda geluti. Jika benar yang dikatakan Elizabet Liman, seberapa kuatkah pengaruh Elda sehingga dapat mempertemukan pejabat negara setingkat DPR dan mantan ketua partai sekaligus mengajak Menteri untuk bertemu, duduk satu meja dengan pengusaha Elizabet Liman. Coba kita rangkai mozaik ini.

Nama lengkapnya Elda Devianne Adiningrat biasa dipanggil Bunda atau Dati. Elda juga seorang pengusaha dan saat ini menduduki posisi sebagai Komisaris PT Radina Niaga Mulia (RNM). Elda juga pernah menjabat sebagai Ketua Asosiasi Benih Indonesia (Asbenindo). Bidang usaha yang terhubung dengan Menteri Pertanian. Elda juga komisaris PT Radina Bio Adicita. Perusahaan yang berdiri pada Juli 2008 di Jakarta itu bergerak di usaha pertanian, agro industri, pembibitan dan impor bahan baku. Perusahaan  ini juga tercatat pernah memenangkan tender pengadaan  benih jagung Hibrida dalam rangka  optimalisasi pengembangan area tanam jagung senilai Rp 70 miliar pada tahun 2012 lalu. Benih jagung tersebut  untuk alokasi wilayah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur Sulawesi Utara, Sulawesi  Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Direktur PT Radina Bioadicita adalah Denny Pramudia Adiningrat tak lain adalah suami dari Elda Devianne. Menurut pengakuan Denny Paramudia, dia mengenal dengan Fathanah saat bertemu di Kementerian Pertanian. Waktu itu dia sedang mengurus proyek, dan Ahmad Fathanah memang sering wara-wiri di Kementerian Pertanian. Denny juga mengatakan bahwa Ahmad Fathanah sering menjadi penghubung buat mengerjakan proyek di Kementerian Pertanian. “Setahu saya dia sering di sana (Kementerian Pertanian). Tetapi saya tahu dia bukan pegawai Kementerian Pertanian. Tapi dia bilang ada kedekatan dengan orang-orang Partai Keadilan Sejahtera,” kata Denny saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Dari Denny inilah, Fathanah dikenalkan dengan istrinya, Elda Dievianne. Menurut Denny, istrinya sempat mengadu ada kawannya kesulitan mengurus penambahan kuota impor daging sapi. Lantas dia menyarankan kepada Elda supaya mempertemukan temannya dengan Fathanah. “Belakangan saya tahu teman istri saya namanya Maria Elizabeth Liman,” jawab Denny. Jasa yang kerap ditawarkan Fathanah adalah mengawal proyek. Jika perusahaan itu menang, biasanya Fathanah bakal mendapat komisi.

Kesaksian Denny dibenarkan oleh Fathanah. Ahmad Fathanah, mengaku pernah mengurus proyek pengadaan benih jagung di Kementerian Pertanian. “Saya kenal Denny Adiningrat. Ada proyek benih jagung yang melibatkan perusahaan dia dan berhasil menang,” kata Fathanah di Pengadilan tindak Pidana Korupsi. Fathanah pernah sesumbar dapat mengawal proyek di kementrian lain. Oleh karena itu Denny pernah memberikan uang titipan sebesar Rp 1 Miliar buat mengurus proyek pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kementerian Percepatan Daerah Tertinggal. Uang ini berbeda dengan yang diberikan oleh Elizabeth Liman untuk mengurus penambahan kuota import daging sapi di Kementrian Pertanian.

Diluar kasus suap import daging sapi, Elda Devianne saat ini sebagai tersangka kasus dugaan korupsi kredit fiktif Bank Jabar Banten (BJB) cabang Surabaya yang tengah diperiksa Penyidik Pidana Khusus Kejaksaan Agung. BJB diketahui mengucurkan kredit senilai Rp 250 miliar ke PT. Cipta Inti Pramindo (CIP). Dalam dokumen persetujuan kredit nomor 153/SBY-KOM/2011 tertulis kredit senilai Rp 250 miliar itu diperuntukkan buat membiayai proyek tahun 2011 yang pendanaannya diambil dari APBN dan APBD. Dari total kredit itu, akhirnya yang dipakai hanya Rp 100 miliar. Dana Rp 60 miliar dimanfaatkan untuk membiayai proyek pengadaan pakan ikan di Kementerian Kelautan dan Perikanan serta proyek pengadaan benih PT. Sang Hyang Seri (Persero). 

PT. Radina Niaga merupakan salah satu vendor PT. Cipta Inti Parmindo yang menerima fasilitas kredit Bank Jabar. Kredit tersebut diduga mengalir dari trio Elda, Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq. Kepada Direktur Utama Cipta Inti Parmindo (CIP) Yudi Setiawan, Fathanah dan Elda menjanjikan sejumlah proyek. “Fathanah dan Elda mengaku bisa membuka pintu agar mendapat proyek di berbagai tempat,” kata dia. Awalnya, Yudi hanya mengajukan kredit sebesar Rp 76 miliar kepada Bank Jabar. “Namun saat permohonan diajukan, tanpa diminta, bank menaikkan plafon menjadi Rp 250 miliar,” kata Yudi. Kemudahan ini diuga berkaitan erat dengan peranan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Pemda Jawa Barat sendiri memiliki 30 persen saham di bank daerah itu.

LHI di Pengadilan Tipikor
Kembali ke kasus suap import daging sapi. Selanjutnya Elda mengenalkan Elizabeth terhadap Ahmad Fathanah selaku kolega Lutfhi Hasan Ishaaq. Maksud Elda mengenalkan Elizabeth kepada Fathanah, agar Fathanah kembali mengenalkan Elizabeth kepada Luthfi. Pasalnya, kuasa Luthfi sebagai Presiden PKS kala itu memiliki pengaruh, mengingat Menteri Pertanian (Mentan) Suswono merupakan kader PKS. Artinya, Elizabeth melobi Luthfi agar meminta kepada Suswono untuk memenuhi permintaan PT Indoguna terkait penambahan kuota impor daging sapi. Penasihat Hukum Elda Devianne Adiningrat, John Pieter Nazar membenarkan jika kliennya merupakan perantara antara Elizabeth Liman dengan Ahmad Fathanah.

Sebelum menggagas pertemuan di Medan, Elda pernah berbincang dengan Ridwan Hakim, anak Hilmi Aminuddin. Perbicangan tersebut berlangsung di Kuala Lumpur akhir Januari 2013. Pertemuan antara Elda dan Ridwan dirancang oleh Ahmad Fathanah. Dalam pertemuan itu, Ridwan sempat menanyakan kinerja PT Indoguna. “Ridwan ngomong, bener nggak kalau kita bantu, konduitenya bagus? Saya bilang, iya, saya konduitenya bagus, nggak main-main” dalam rekaman percakapan yang disadap KPK. Bukan hanya dengan Ridwan Hakim, Elda sebelumnya sudah pernah bertemu langsung dengan Luthfi, Hilmi dan Mentan Suswono di Lembang, Bandung, Jawa Barat pada Desember 2012. Dan Hilmi ternyata pernah membicarakan soal pengurusan penambahan kuota impor daging sapi di Kementan untuk PT Indoguna. Dalam pertemuan itu disimpulkan Maria Elizabeth akan dibantu dalam pengurusan penambahan kuota daging sapi, dan Mentan (Suswono) akan membaca situasi serta kondisinya. Sebagai balasannya, Elizabeth diminta menyampaikan komitmen akan mendukung dana PKS.

Sebagai balasannya Elizabeth tidak segan untuk menjanjikan kepada Lutfhi imbalan berupa Rp 5 ribu/ kilogram daging sapi yang bila ditotal dari permintaan sebesar 8 ribu ton sama dengan Rp 40 miliar. Selain itu, Elizabeth juga menyanggupi permintaan Luthfi untuk membantu biaya kampanye PKS di Sumatera. Atas hal itu, Luthfi pun berinisiatif menambahkan kuota menjadi 10 ribu ton sehingga nominalnya menjadi Rp 50 miliar.

*)Tulisan oleh Hendra Budiman, penulis Kompasiana.

Share this article :

Post a Comment

 
Copyright © 2011. KOMPETISINEWS | INFO PERSAINGAN USAHA - All Rights Reserved
Developed by kuntoprastowo | Template by Maskolis
Proudly powered by Blogger