Diduga mafia dan kartel ada di sejumlah kementerin ataupun lembaga. |
Dugaan adanya kartel dan mafia yang berkeliaran di kementerian sepertinya bukanlah isapan jempol. Sidang kasus suap impor daging sapi yang melibatkan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan sejumlah koleganya mengerucut ke indikasi tersebut.
Keterlibatan Elda Devianne sebagai penghubung, KPK akan mengembangkan kasus ini adanya kartel dan mafia lain di luar import daging sapi. Hal tersebut dikarenakan melihat rekam jejak Elda sebagai pengusaha yang bergerak di bidang agro industri, pembibitan dan benih yang selama ini bekerjasama dan selalu mendapat tender dari Kementerian Pertanian. Apalagi hubungan Elda Divianne sudah cukup lama terjalin dibandingkan dengan Elizabet Liman. Seperti yang dikatakan Ketua KPK, Abraham Samad, bahwa kartel dan mafia impor yang banyak di Kementan dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia tentu merugikan petani dan peternak lokal. Padahal sebenarnya produksi lokal misalnya seperti beras sudah memenuhi dan tak perlu impor. Tapi karena ada kartel dan mafia kebijakan impor terus saja dilakukan.
Ada hal yang ganjil dan aneh dalam persidangan Tipikor kasus suap
import daging sapi, yaitu keterlibatan saksi Elda. Menurut penuturan
Maria Elizabeth Liman, pertemuan dirinya dengan Luthfi Hasan Ishaaq
dan Mentan Suswono adalah inisiatif Elda. Anehnya, Elda yang dikenal
sebagai pengusaha benih, apa hubungannya dengan import daging sapi?
Bidang usaha yang tidak Elda geluti. Jika benar yang dikatakan Elizabet
Liman, seberapa kuatkah pengaruh Elda sehingga dapat mempertemukan
pejabat negara setingkat DPR dan mantan ketua partai sekaligus mengajak
Menteri untuk bertemu, duduk satu meja dengan pengusaha Elizabet
Liman. Coba kita rangkai mozaik ini.
Nama lengkapnya Elda Devianne Adiningrat biasa
dipanggil Bunda atau Dati. Elda juga seorang pengusaha dan saat ini
menduduki posisi sebagai Komisaris PT Radina Niaga Mulia (RNM). Elda
juga pernah menjabat sebagai Ketua Asosiasi Benih Indonesia (Asbenindo).
Bidang usaha yang terhubung dengan Menteri Pertanian. Elda juga
komisaris PT Radina Bio Adicita. Perusahaan yang berdiri pada Juli 2008
di Jakarta itu bergerak di usaha pertanian, agro industri, pembibitan
dan impor bahan baku. Perusahaan ini juga tercatat pernah memenangkan
tender pengadaan benih jagung Hibrida dalam rangka optimalisasi
pengembangan area tanam jagung senilai Rp 70 miliar pada tahun 2012
lalu. Benih jagung tersebut untuk alokasi wilayah Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Tenggara.
Direktur PT Radina Bioadicita adalah Denny Pramudia Adiningrat tak
lain adalah suami dari Elda Devianne. Menurut pengakuan Denny
Paramudia, dia mengenal dengan Fathanah saat bertemu di Kementerian
Pertanian. Waktu itu dia sedang mengurus proyek, dan Ahmad Fathanah
memang sering wara-wiri di Kementerian Pertanian. Denny juga mengatakan
bahwa Ahmad Fathanah sering menjadi penghubung buat mengerjakan proyek
di Kementerian Pertanian. “Setahu saya dia sering di sana
(Kementerian Pertanian). Tetapi saya tahu dia bukan pegawai Kementerian
Pertanian. Tapi dia bilang ada kedekatan dengan orang-orang Partai
Keadilan Sejahtera,” kata Denny saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Dari Denny inilah, Fathanah dikenalkan dengan istrinya, Elda Dievianne.
Menurut Denny, istrinya sempat mengadu ada kawannya kesulitan mengurus
penambahan kuota impor daging sapi. Lantas dia menyarankan kepada Elda
supaya mempertemukan temannya dengan Fathanah. “Belakangan saya tahu teman istri saya namanya Maria Elizabeth Liman,”
jawab Denny. Jasa yang kerap ditawarkan Fathanah adalah mengawal
proyek. Jika perusahaan itu menang, biasanya Fathanah bakal mendapat
komisi.
Kesaksian Denny dibenarkan oleh Fathanah. Ahmad Fathanah, mengaku
pernah mengurus proyek pengadaan benih jagung di Kementerian Pertanian.
“Saya kenal Denny Adiningrat. Ada proyek benih jagung yang melibatkan perusahaan dia dan berhasil menang,”
kata Fathanah di Pengadilan tindak Pidana Korupsi. Fathanah pernah
sesumbar dapat mengawal proyek di kementrian lain. Oleh karena itu Denny
pernah memberikan uang titipan sebesar Rp 1 Miliar buat mengurus
proyek pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kementerian
Percepatan Daerah Tertinggal. Uang ini berbeda dengan yang diberikan
oleh Elizabeth Liman untuk mengurus penambahan kuota import daging sapi
di Kementrian Pertanian.
Diluar kasus suap import daging sapi, Elda Devianne saat ini sebagai
tersangka kasus dugaan korupsi kredit fiktif Bank Jabar Banten (BJB)
cabang Surabaya yang tengah diperiksa Penyidik Pidana Khusus Kejaksaan
Agung. BJB diketahui mengucurkan kredit senilai Rp 250 miliar ke PT.
Cipta Inti Pramindo (CIP). Dalam dokumen persetujuan kredit nomor
153/SBY-KOM/2011 tertulis kredit senilai Rp 250 miliar itu
diperuntukkan buat membiayai proyek tahun 2011 yang pendanaannya
diambil dari APBN dan APBD. Dari total kredit itu, akhirnya yang
dipakai hanya Rp 100 miliar. Dana Rp 60 miliar dimanfaatkan untuk
membiayai proyek pengadaan pakan ikan di Kementerian Kelautan dan
Perikanan serta proyek pengadaan benih PT. Sang Hyang Seri (Persero).
PT. Radina Niaga merupakan salah satu vendor PT. Cipta Inti Parmindo
yang menerima fasilitas kredit Bank Jabar. Kredit tersebut diduga
mengalir dari trio Elda, Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq. Kepada
Direktur Utama Cipta Inti Parmindo (CIP) Yudi Setiawan, Fathanah dan
Elda menjanjikan sejumlah proyek. “Fathanah dan Elda mengaku bisa membuka pintu agar mendapat proyek di berbagai tempat,” kata dia. Awalnya, Yudi hanya mengajukan kredit sebesar Rp 76 miliar kepada Bank Jabar. “Namun saat permohonan diajukan, tanpa diminta, bank menaikkan plafon menjadi Rp 250 miliar,”
kata Yudi. Kemudahan ini diuga berkaitan erat dengan peranan Gubernur
Jawa Barat Ahmad Heryawan. Pemda Jawa Barat sendiri memiliki 30 persen
saham di bank daerah itu.
LHI di Pengadilan Tipikor |
Sebelum menggagas pertemuan di Medan, Elda pernah berbincang dengan
Ridwan Hakim, anak Hilmi Aminuddin. Perbicangan tersebut berlangsung di
Kuala Lumpur akhir Januari 2013. Pertemuan antara Elda dan Ridwan
dirancang oleh Ahmad Fathanah. Dalam pertemuan itu, Ridwan sempat
menanyakan kinerja PT Indoguna. “Ridwan ngomong, bener nggak kalau kita bantu, konduitenya bagus? Saya bilang, iya, saya konduitenya bagus, nggak main-main”
dalam rekaman percakapan yang disadap KPK. Bukan hanya dengan Ridwan
Hakim, Elda sebelumnya sudah pernah bertemu langsung dengan Luthfi,
Hilmi dan Mentan Suswono di Lembang, Bandung, Jawa Barat pada Desember
2012. Dan Hilmi ternyata pernah membicarakan soal pengurusan penambahan
kuota impor daging sapi di Kementan untuk PT Indoguna. Dalam pertemuan
itu disimpulkan Maria Elizabeth akan dibantu dalam pengurusan
penambahan kuota daging sapi, dan Mentan (Suswono) akan membaca situasi
serta kondisinya. Sebagai balasannya, Elizabeth diminta menyampaikan
komitmen akan mendukung dana PKS.
Sebagai balasannya Elizabeth tidak segan untuk menjanjikan kepada
Lutfhi imbalan berupa Rp 5 ribu/ kilogram daging sapi yang bila ditotal
dari permintaan sebesar 8 ribu ton sama dengan Rp 40 miliar. Selain
itu, Elizabeth juga menyanggupi permintaan Luthfi untuk membantu biaya
kampanye PKS di Sumatera. Atas hal itu, Luthfi pun berinisiatif
menambahkan kuota menjadi 10 ribu ton sehingga nominalnya menjadi Rp 50
miliar.
*)Tulisan oleh Hendra Budiman, penulis Kompasiana.
*)Tulisan oleh Hendra Budiman, penulis Kompasiana.
Post a Comment