Para pengusaha importir daging sapi membantah soal dugaan adanya praktik kartel daging di dalam negeri seperti yang pernah diungkapkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
"Kartel? Ada 85 importir daging sapi yang punya IT (Importir Terdaftar). Saya nggak yakin ada praktik kartel. Hanya 10% kebutuhan pasokan daging sapi itu impor jadi tuduhan itu nggak logis," ujar Sekjen Komite Daging Sapi Jakarta Raya Afan Nugroho saat berdiskusi dengan media di Kawasan Cikini Jakarta Pusat, Senin (19/8/2013).
Menurutnya, mahalnya harga daging saat ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia pada daging sapi. Komite Daging Sapi Jakarta Raya (KDSJR) bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) Center mencatat, tahun 2013 ini konsumsi daging masyarakat Indonesia diperkirakan mencapai 2,6 kg/kapita/tahun atau lebih tinggi 0,4 kg/kapita/tahun dari hitungan Kementerian Pertanian yang hanya 2,2 kg/kapita/tahun.
"Ada masalah di angka statistik tahun 2011. Nyatanya setelah melihat perhitungan di tahun 2013 populasi sapi kita terus berkurang. Saya dengan IPB Center menduga konsumsi daging sapi sudah 2,6 kg/kapita/tahun," imbuhnya.
Ia berharap pemerintah segera melakukan cara untuk menambah kekurangan pasokan daging sapi nasional. Tingginya harga daging sapi saat ini murni dipicu kekurangan pasokan karena tingginya permintaan.
"Pemerintah harus mengambil kebijakan berdasarkan data yang akurat. Jangka pendek saat ini, pemerintah harus menambah kuota impor daging dan sapinya," katanya.
Post a Comment